Meski banyak pihak menyatakan bahwa varian Omricon tidak seganas Delta yang menggila pada pertengahan tahun lalu, kita harus tetap waspada, sebab masih ada pasien Covid yang masih menemui ajalnya. Artinya, Covid-19 masih tetap berbahaya karena bisa menyebabkan kematian bagi mereka yang terpapar.
Memang mereka yang menjadi korban meninggal sebagian besar adalah mereka yang punya penyakit bawaan sebelumnya, seperti diabetes, jantung atau lainnya. Ada juga yang meninggal karena mereka belum divaksin atau belum divaksin dosis lengkap atau mendapatkan booster.
Kelompok masyarakat seperti itu dianggap masih rentan terhadap serangan mematikan Covid-19.
Dalam konteks fenomena seperti itu, rasanya himbauan untuk mematuhi protokol kesehatan, masih menjadi sebuah langkah yang harus dilakukan pemerintah, tenaga kesehatan maupun tokoh-tokoh masyarakat. Salah sama sekali, kalo kita menganggap himbauan itu seperti sebuah propoganda.
Dalam ilmu komunikasi, propoganda masuk dalam komunikasi dengan isi pesan yang lebih sering mengandung ketidakbenaran, membohongi publik untuk mendapatkan dukungan atas sebuah program yang dijalankan. Pasti, himbauan untuk mematuhi prokes bukanlah sebuah propoganda. Justru himbauan itu harus dilakukan untuk menyelematkan kita semua, seluruh warga masyarakat.
Jadi amat disayangkan, kalo pekan lalu ada seorang mantan pejabat yang juga tokoh masyarakat, yang menyatakan berhenti mematuhi protokol kesehatan menggunakan masker, karena dirinya sudah divaksin dosis lengkap, bahkan divaksin booster. Langkah seperti itu tentu tidak bijak, sebab perang melawan Covid-19 belumlah usai.
Masih cukup banyak, warga masyarakat yang belum mendapatkan vaksin dosis lengkap, apalagi mendapatkan booster. Artinya, jika langkahnya sebagai tokoh masyarakat diikuti warga masyarakat lainnya, bisa dipastikan Covid-19 masih akan tetap akan menyebar, dan membahayakan bagi mereka yang belum lengkap menerima dosis vaksinnya atau yang memiliki komorbid.
Mari kita bersama mematuhi protokol kesehatan, untuk kemaslahatan bersama. Jangan egois, karena Covid-19 hanya bisa dilawan dengan kebersanaan.
