Bid TIK Polda Kepri – Jakarta. Ketua Lakpesdam PBNU
Ulil Abshar Abdalla menilai generasi muda harus tahu bagaimana mencegah
terjadinya penyebaran narasi keagamaan yang keliru.
“Serta mengurangi dampak dari aksi kelompok radikal di
dunia maya,” ujar Ulil dalam keterangannya di Jakarta, Jumat .
Ulil menilai maraknya narasi keagamaan yang keliru di media
sosial, bisa menjadi salah satu akar dari radikalisme berbasis agama. Sebab,
narasi keagamaan yang keliru seringkali menyebar dengan cepat dan luas di media
sosial dan dapat mempengaruhi pemahaman agama seseorang secara negatif.
“Peran generasi muda di dalam menghadapi narasi
keberagamaan yang radikal yang paling utama adalah memahami bagaimana cara
kerja kelompok ini,” terang Ulil.
Menurut Ulil, kaum milenial tidak akan bisa menanggapi
ideologi radikal jika tak memahami cara kerja kelompok tersebut berselancar di
dunia maya. Ia menyebut, jika sudah memahami, maka akan lebih mudah merumuskan
narasi tandingan.
Namun pada kenyataannya, menurut Ulil, masih banyak generasi
muda, termasuk para santri, yang hanya menjadi pengguna media sosial yang
pasif. Padahal mereka memiliki ilmu agama yang cukup.
“Kelemahan para santri mereka kurang artikulatif,
kurang banyak menulis, kurang banyak membuat dan memproduksi konten dan juga
kurang canggih memahami bahasa komunikasi saat ini,” tuturnya.
Ulil juga menyampaikan akar penyebab radikalisme berbasis
agama sangat kompleks dan ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap
kemunculannya. Karena itu menurut dia, radikalisme berbasis agama tidak bisa
dipisahkan dari konteks masyarakat modern dengan seluruh karakteristik
masyarakat.
Dia mengungkapkan bahwa faktor yang berkontribusi terhadap
munculnya radikalisme berbasis agama antara lain tekanan politik, solidaritas
agama, budaya keagamaan masyarakat, kebijakan pemerintah, dan pendidikan.
“Faktor-faktor tersebut dapat menciptakan rasa
marginalisasi, frustrasi, dan keputusasaan yang dapat menyebabkan individu
menganut ideologi radikal,” ujarnya.
Menurut dia, untuk mengatasi masalah radikalisme berbasis
agama, penting untuk mengatasi akar penyebabnya dan mempromosikan pendidikan,
toleransi, dan pemahaman.