Kapolri Jenderal Polisi Drs. Listyo
Sigit Prabowo, M.Si.,
saat Kuliah Kebangsaan di kampus UNISA Yogyakarta pada Jumat .
Kapolri menyebut, betapa kejahatan terorisme kini lebih
berbahaya, karena para teroris telah bergabung dengan jaringan narkotika.
Lebih lengkapnya, berikut kutipan mantan Kepala Badan
Reserse dan Kriminal Mabes Polri, “Yang lebih berbahaya sekarang kelompok
teroris bergabung dengan jaringan narkoba. Dikenal di dunia dengan nama narko
terorisme. Jadi ini yang terjadi, dan ini yang sedang kita hadapi di
Indonesia,” jelas Kapolri
seperti dikutip dari kantor Berita Antara.
Istilah Narko-Terorisme mendunia setelah aksi pengeboman
pesawat Avianca 203, Maskapai Kolumbia pada 27 November 1989. Pengeboman yang
menewaskan 107 penumpang dan awak pesawat serta tiga korban di darat yang
kejatuhan puing pesawat setelah meledak di udara.
Penyelidikan menyimpulkan pesawat naas itu dibom oleh
anggota Kartel Medelin pimpinan Pablo Escobar. Tujuan aksi bengis Pablo untuk
membunuh Menteri Dalam Negeri Cesar Gaviria Trujillo, politisi pendukung
ekstradisi bagi para gembong narkoba Kolumbia ke Amerika yang hendak naik pesawat
dengan kode penerbangan HK-1803 itu.
Sebelumnya Pablo telah meledakkan kantor redaksi koran El
Espectador yang getol memberitakan aksi Pablo Escobar, membunuh wartawan,
polisi, jaksa dan hakim. Bahkan anak buah Pablo yang dibantu Gerilyawan Komunis
Kolumbia pernah menyerbu gedung Parlemen Kolumbia. Serbuan itu dipicu kemarahan
Pablo atas lolosnya UU Ekstradisi ke Amerika bagi gembong narkoba.
Gaviria yang juga calon Presiden pada Pemilihan Januari 1990
lolos dari maut. Beredar kabar ia
selamat setelah beberapa menit sebelum pesawat lepas landas, Gaviria yang sudah
berada di Bandara El Dorado, Bogota membatalkan keberangkatan untuk kampanye di
negara bagian Cali, Kolumbia.
Disebut, pembatalan itu atas laporan intelijen agen anti
narkotika Amerika DEA, yang mendapatkan informasi akan ada sasaran peledakan
pesawat. Akhirnya, Gaviria menang dalam Pemilu 1990 dan menjadi Presiden Kolumbia.
Presiden George Bush atau Bush Senior sangat murka atas
pengeboman itu. Apalagi ada dua warga negara AS ikut tewas dalam ledakan itu.
Dari sinilah mulanya Negeri Paman Sam
menyebut Pablo Escobar sebagai teroris dan muncullah istilah
Narko-Terorisme.
Amerika kemudian menggelontorkan jutaan dolar membantu
Presiden Cesar Gaviria Trujillo membantu Kolumbia melawan Pablo Escobar. Sampai
gembong narkoba ini tewas di tangan polisi Kolumbia dalam satu aksi penggerebekan
di salah satu safe house di kampung halaman Pablo di Medelin, tepat sehari
setelah gembong narkoba ini berulang tahun yang ke-44 tahun.
Dalam perkembangannya, narko terorisme identik dengan aksi
kelompok teror dari wilayah Afganistan. Kelompok-kelompok bersenjata di sana
mengandalkan perdagangan gelap opium yang tanamannya tumbuh subur di kawasan Asia
Tengah untuk mendanai persenjataan dan operasi kelompok mereka.
Sedangkan kelompok sejenis narko terorisme yang paling dekat
Indonesia adalah kawasan segitiga emas Indocina. Kawasan yang meliputi Burma
Utara, Laos, dan Thailand Utara juga penghasil emas hitam atau opium bahan
dasar berbagai jenis narkoba yang dijaga gang-gang bersenjata. Kelompok yang
beroperasi di pedalaman Indocina ini juga didanai dengan perdagangan gelap
narkotika.
Dengan semakin dekat lalu lintas manusia dan barang,
termasuk jalur gelap perdagangan narkoba di Asia Tenggara. Maka, sinyalemen
Kapolri ini harus menjadi perhatian serius karena ternyata, Narko-Terorisme
sudah ada di Indonesia.