Tanjungpinang- Sore itu cuaca tak terlalu panas, Sabtu (3/7). Awan menutupi matahari sore. Mengenakan topi santai, pria paruh baya itu mengecek kondisi sayuran yang ia tanam secara hydroponik. Ia adalah Munzir Purba (67). Memasuki masa purna tugas sejak 2013, ia mengisi waktu luangnya dengan bertani.
Bukan pertanian konvensional, yang memanfaatkan tanah sebagai media tanam. Tapi ia memilih pertanian hydroponik. “Kalau menurut saya, dengan usia saya ini dan kemampuan saya, maka hydroponik ini yang cocok,” sebut pria pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemprov Kepri ini.
Ia memulai pertanian hydroponik ini sejak dua tahun lalu. Berawal dari kebingungan, aktivitas fisik apa yang bisa ia lakukan selama pendemi Covid-19. Pilihannya jatuh pada hydroponik. Awalnya ia hanya mencoba satu pondok saja, dibuat secara sederhana.
Melihat hasilnya, lama-lama ia ketagihan. Akhirnya memutuskan untuk menekuninya dengan serius. Ia bangun lagi pondok yang lebih besar. Kini total, ia memiliki 2400 lubang yang terisi dengan selada, sawi pagoda, pokcoy dan kale.
“Sebenarnya hydroponik ini tidak sulit. Modalnya relatife lebih murah, dibanding pertanian konvensional. Pasarnya juga bagus. Untuk pemula, literaturnya banyak sekali. Bisa cari informasi di youtube atau ikut komunitas,” tambah ayah dari tiga orang anak ini penuh semangat.
Komunitas hydroponik di Tanjungpinang juga saling dukung. “Mau Tanya benih sayuran yang baik merk apa, nanti banyak yang kasih rekom. Kalau awal-awal, komunitas juga bisa carikan pasar. Jadi kita tak bingung lagi mau memasarkan dimana. Hydroponik ini, selama kita bisa menemukan pasarnya, menguntungkan sekali,” tambah Mantan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepri ini.
Munzir sendiri kini sudah menjadi pemasok sayuran hydroponik di Swalayan Hypermart. Dengan modal nekad, ia mengurus persyaratan untuk menjadi mitra di Hypermart Tanjungpinang. Kini, ia bisa memasok hingga tiga kali per minggu.
Kini ia mengkondisikan bagaimana agar dapat panen setiap hari, untuk memenuhi kebutuhan pasar. Karena peminat sayuran hydroponic masih sangat tinggi di Tanjungpinang. Sebenarnya ia bisa saja menambah lubang untuk menanam sayur, tapi tak ia lakukan.
“Saya ini kan untuk mengisi masa pensiun. Untuk yang ada saat ini, sudah mencukupi untuk saya. Kalau ditambah lagi, nanti jadi tidak enjoy. Malah jadi beban. Sebenarnya kalau untuk saya dan istri, uang pensiun sudah cukup. Nah hydroponik ini untuk mengisi waktu dan Alhamdulillah menghasilkan,” jelas Mantan Kepala Badan Pengendalian Bencana Daerah Provinsi Kepri ini.
Saat ini ia dapat menghasilkan Rp 4 juta sampai Rp 6 juta per bulan. Itu baru yang dari swalayan. Belum termasuk pelanggan yang datang langsung. Kini Munzir juga menjadi pemasok di sebuah restoran bernuansa Korea.
Kebetulan pemilik restoran itu datang mengambil lima kilogram selada yang sudah dipesan. “Lima kilogram ini bisa untuk tiga hari. Sebelumnya saya ambil lebih dari lima kilogram, tapi karena Covid ini kan jam operasional dibatasi, jadi kami kurangi,” tambah wanita berhijab itu.
Ia mengaku cocok dengan selada dari kebun Munzir. Selain karena segar dan rasanya yang tidak pahit, juga ukurannya pas sebagai pembungkus daging dari restoran meat and grill miliknya. “Kadang yang lain itu ada yang pahit. Ada juga yang kecil ukurannya. Kalau saya cocok punya Pak Munzir ini,” tambah wanita tersebut.
Sayuran hydroponik miliknya ia bandrol seharga Rp 30rb per kilogram. Bagi yang ingin panen langsung, bisa datang ke rumahnya di Jalan Sumatra. “Tapi janjian dulu. Bisa lewat Facebook. Lihat saja akun Munzir Purba,” sebut mantan dosen ini.
Ia menekankan, bertani hydroponik ini sangat cocok untuk para pensiunan. Tak membutuhkan lahan yang luas, tak membutuhkan banyak modal dan yang terpenting tidak membutuhkan banyak tenaga. Yang penting, bisa tetap beraktifitas dan mengeluarkan keringat.