Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Usman
Kansong mengatakan pihaknya akan memeriksa terkait dugaan bocornya 337 juta
data kependudukan.
“Jumlah penduduk kita kan 275 juta, itu ada 300 juta,
berarti kan kelebihan, karena itu kami akan periksa seperti apa,” ujar
Usman di Jakarta, Senin .
Usman mengatakan, Kemenkominfo akan memanggil pengendali
data tersebut, dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal Kependudukan dan
Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Selain itu, kata Usman, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Kemenkominfo akan terlebih dahulu
mendengar laporan dari kedua pihak tersebut.
Jika nantinya ditemukan adanya kebocoran data, maka BSSN
akan melakukan audit untuk mencari tahu jumlah dan data apa saja yang bocor,
kemudian hasil audit tersebut akan dilaporkan ke Kemenkominfo.
“Kami akan lihat kalau ada pengendalian data yang tidak
baik, maka sudah diatur dalam PP (Peraturan Pemerintah) Nomor 71 Tahun 2019
(tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik) sanksi apa yang bisa
kita jatuhkan kepada pengendali data,” jelas Usman.
Kasus dugaan kebocoran data itu diungkap pertama kali oleh
akun Twitter bernama pengguna @DailyDarkWeb pada Sabtu (15/7). Dalam salah satu
unggahannya, akun itu menyebutkan sebanyak 337.225.465 baris data kependudukan
yang dikelola Ditjen Dukcapil Kemendagri dijual di forum para peretas (hacker).
Dalam tangkapan layar laman forum peretas yang dibagikan
akun Daily Dark Web, si peretas dengan nama akun RRR mengklaim mendapatkan 337
juta baris data itu dari laman web resmi dukcapil.kemendagri.go.id.
Ratusan juta data itu berisikan sejumlah informasi, seperti
nomor induk kependudukan (NIK), tempat tanggal lahir, agama, status kawin, akta
cerai, nama ibu, pekerjaan, dan nomor paspor.