Kemenkes RI Sampaikan Panduan Pencegahan Virus Nipah

kemenkes ri sampaikan panduan pencegahan virus nipah 64195 1

Bid TIK Polda Kepri – Jakarta. Virus Nipah yang merebak
di India bukanlah virus baru. Virus ini telah ada sejak puluhan tahun lalu. Hal
tersebut disampaikan Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti
Nadia Tarmizi di Jakarta.

“Virus tersebut saat ini kembali menyebar dan mengakibatkan
dua kematian dan ratusan orang lainnya diperiksa di India untuk diagnosis lebih
lanjut. Meski penyakit itu belum terdeteksi di Indonesia, pemerintah telah
menerbitkan kewaspadaan dini merebaknya kasus tersebut,” ungkapnya dilansir
dari laman antaranews, Jumat .

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes
mengatakan langkah antisipasi yang dapat dilakukan di antaranya tidak
mengonsumsi nira atau aren langsung dari pohonnya karena kelelawar dapat
mengontaminasi sadapan cairan manis yang diperoleh dari batang tanaman, seperti
tebu, sorgum, mapel, atau getah tandan bunga pada malam hari. Oleh karenanya
perlu dimasak sebelum dikonsumsi.

“Masyarakat juga diimbau untuk menghindari kontak dengan hewan
ternak, seperti babi, kuda yang kemungkinan terinfeksi virus Nipah. Apabila
terpaksa harus melakukan kontak, maka menggunakan alat pelindung diri (APD)
guna mencegah kontak langsung dengan organ tubuh. Selain itu, konsumsi daging
ternak secara matang, cuci dan kupas buah secara menyeluruh, buang buah yang ada tanda gigitan
kelelawar,” jelasnya.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes juga
mengatakan hewan yang terinfeksi virus Nipah tidak boleh dikonsumsi dan
terapkan perilaku hidup bersih dan sehat seperti membersihkan tangan secara
teratur, dan menjaga etika bersin.

“Apabila terdiagnosis penyakit virus Nipah, dokter atau
tenaga kesehatan akan menentukan mekanisme pengobatan yang diperlukan, seperti
terapi suportif dan simptomatik untuk meredakan gejala yang dialami,”
ungkapnya.

Seseorang yang terinfeksi virus Nipah akan mengalami gejala
yang bervariasi dari tanpa gejala atau asimptomatis, infeksi saluran napas akut
(ISPA) ringan atau berat hingga ensefalitis fatal. Seseorang yang terinfeksi
awalnya akan mengalami gejala seperti demam, sakit kepala, mialgia (nyeri
otot), muntah, dan nyeri tenggorokan.

“Gejala itu dapat diikuti dengan pusing, mudah mengantuk,
penurunan kesadaran dan tanda-tanda neurologis lain yang menunjukkan
ensefalitis akut. Beberapa orang pun dapat mengalami pneumonia atopik dan
gangguan saluran pernapasan berat,” tutupnya.

Pada kasus yang berat, ensefalitis dan kejang akan muncul
dan dapat berlanjut menjadi koma dalam 24-48 jam hingga kematian. Angka
fatalitas yang tinggi dikarenakan gejala yang tidak khas di awal sakit. Angka
kematiannya berkisar 40-75 persen. Hingga saat ini, belum tersedia vaksin untuk
mencegah penyebaran penyakit virus Nipah.

Diketahui, Nipah merupakan penyakit emerging zoonotik yang
disebabkan oleh virus Nipah yang termasuk ke dalam genus Henipavirus dan famili
Paraxoviridae. Penyakit ini dapat ditularkan dari hewan, baik hewan liar atau
domestik, dengan kelelawar buah yang termasuk ke dalam famili Pteropodidae
sebagai inang virus.

Pada 2008, virus Nipah telah dilaporkan sebanyak 700 kasus
pada manusia dengan 407 kematian di Malaysia, Singapura, India, Bangladesh, dan
Filipina. Pertengahan 2021, wilayah Kerala di India melaporkan kejadian luar
biasa (KLB) virus Nipah setelah menyerang satu anak usia 12 tahun yang
menyebabkan kematian. Pada 12 September 2023, kasus serupa kembali dilaporkan
di wilayah Kerala dan hingga 18 September 2023 telah dilaporkan enam kasus
konfirmasi dengan dua kematian.