Tanjungpinang- Sebelumnya, tak banyak yang mengenal remaja kelahiran Tanjungpinang, 13 tahun yang lalu ini. Namun saat fotonya diunggah oleh akun Instagram PB Djarum, banyak doa yang dialamatkan pada Radithya Bayu Wardhana. Agar ia dapat mengharumkan nama bangsa di kanca bulutangkis dunia.
Foto itu sebenarnya diambil pada 2020 lalu, saat Radith menjadi juara Liga PB Djarum 2020. Namun foto itu baru diunggah pekan lalu dan mendapat lebih dari 11 ribu suka. Ada lebih dari 170 komentar dan tak sedikit yang mendoakan Radith sukses di PB Djarum.
Menjadi anak didik di PB Djarum bukan perkara mudah. PB Djarum adalah salah satu sekolah bulu tangkis terbaik di dunia. Pada 2021 ini saja, PB Djarum menjadi penyumbang atlet terbanyak di Pelatnas (Pemusatan Latihan Nasional) Bulu Tangkis.
Ada nama-nama besar disana. Ada Muhammad Ahsan di ganda putra. Lalu ada Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad di ganda campuran, yang baru saja menggantung raket. Juga ada Kevin Sanjaya, yang kini masih bertengger di nomor satu dunia ganda putra.
Mimpi Radith adalah menjadi seperti mereka. Mimpi itu bermula saat ia diajak oomnya melihat orang-orang berlatih badminton di Gedung Olahraga Cahaya Pinang (GOR CP). Saat melihat orang-orang mengayunkan raket, ia langsung jatuh cinta.
“Kebetulan di belakang rumah itu GOR Cahaya Pinang, di Jalan Ir. Sutami. Abang saya yang bawa. Karena dia habis mandi bengong saja, dibawalah ke GOR liat-liat. Dia suka, kita ikutkan,” kenang Imran, papa Radith melalui sambungan telpon, Selasa (31/8).
Raket pertama Radith, adalah raket orang dewasa yang dimodifikasi. Batangnya dipotong, kemudian disambung lagi dengan gagangnya. Radith kecil sangat bahagia menerima raket itu. Dia berlatih dengan semangat. Ia lebih senang bermain badminton, ketimbang hal lain.
Pada usia enam tahun, Radith memberanikan diri mengikuti turnamen. Namun ia gagal di babak penyisihan. “Dia nangis karena kalah. Terus latihan, akhir dapat juara, juara dan juara. Hingga akhirnya bisa ikut audisi Djarum 2018 di Pekanbaru,” sebut Imran.
Sebenarnya orangtua berat melepas Radith mengikuti audisi selama sepekan di Pekanbaru. Namun karena Radith berkeras, akhirnya orangtua mengalah. Mamaknya sempat menangis, saat melepas Radith yang diantar oomnya berlaga di Pekanbaru.
Tak disangka, Radith satu diantara tiga tunggal putra U11 (dibawah usia 11 tahun) yang berhasil mendapatkan Super Tiket. Dengan demikian, ia berhak mengikuti final Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulu Tangkis 2018.
Langkahnya tak terbentung. Anak kedua dari Sri Mila Mahrani ini menjadi satu dari enam orang yang berhasil meraih beasiswa dari PB Djarum. Ia menjadi satu-satunya putra dari tanah Sumatera yang berhasil masuk ke PB Djarum di kategorinya kala itu.
Mamaknya kembali menangis. Pasalnya Radith satu-satunya anak lelaki di dalam keluarga. Orangtua berat melepas Radith. Namun remaja yang lahir pada 17 Juni 2008 ini sudah bertekad. “Saat diterima di Kudus, mau tak mau kami terima,” sebut Imran.
Untungnya setelah tiga tahun menetap di Asrama PB Djarum, Radith masih tetap fokus dan semangat. Orangtua berharap, suatu hari nanti Radith dapat meraih cita-citanya, menjadi atlet badminton dunia. Doa yang sama juga dipanjatkan banyak pecinta bulutangkis, khususnya dari Kota Tanjungpinang.