Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri menerangkan, pihaknya melakukan operasi besar-besaran.
“Ke-11 orang terduga teroris ini adalah jaringan kelompok teroris yang melakukan pengeboman di Gereja Katerdal Makassar pada Januari 2021 lalu. Penangkapan kelompok Anshar Daulah terlibat rangkaian kasus bom bunuh diri beberapa bulan lalu di Makassar,” kata Kapolda Papua , Senin (31/5/2021).
Kapolda Papua mengatakan para terduga teroris yang ditangkap di Merauke itu sempat berpindah ke Makassar lalu kembali ke Merauke.
“Terduga teroris sudah lama tinggal di Merauke, bahkan sudah bertahun-tahun. Mereka menetap di Merauke, kemudian kembali ke Makassar melakukan bom bunuh diri,” ujar Kapolda Papua.
Kapolda Papua mengatakan terduga teroris tersebut sejak berada di Merauke, mereka memiliki pekerjaan dalam berbagai bidang seperti jadi buruh, tukang.
“Profesi mereka kebanyakan terlibat dalam kegiatan keagamaan,” katanya.
Kapolda Papua menuturkan kelompok tersebut pada 2019 pernah melakukan aksi pengeboman di Merauke, namun tidak berhasil atau bomnya tidak meledak. Selanjutnya, Densus 88 mengikutinya dan melakukan penyelidikan terkait keberadaan kelompok teroris ini di Merauke.
“Densus 88 terus lakukan monitoring pada kelompok ini dan sudah lama mengetahui kegiatan kelompok ini di Merauke sehingga mereka putuskan menangkap orang yang terkait dengan kasus teror di Makassar,” kata Kapolda Papua.
Adapun barang bukti yang disita, kelompok tersebut berupa panah dan senjata api.
Penangkapan 10 orang terduga teroris di Merauke dilakukan pada Jumat, 28 Mei 2021, di empat distrik yakni Distrik Jagebob, Distrik Tanah Miring, Distrik Kurik, dan Distrik Merauke. Mereka yang ditangkap adalah, AK, SB, ZR, UAT, DS, SD, WS, YK, AP dan IK.
Untuk AP dan IK merupakan pasangan suami istri yang telah memiliki seorang anak berusia lima tahun. Ia menambahkan, dari hasil pengembangan, Densus 88 kembali berhasil menangkap satu terduga teroris di Merauke.
(bb/bq/hy)