Bisnis Inklusif Bawa Dua Kali Lipat Kemajuan Perekonomian Digital ASEAN

bisnis inklusif bawa dua kali lipat kemajuan perekonomian digital asean 63120

Bid TIK Polda Kepri – Jakarta. Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto menekankan, sektor swasta
di ASEAN harus turut menerapkan model bisnis inklusif untuk bisa mewujudkan
peningkatan signifikan hingga dua kali lipat perekonomian digital di kawasan.

“Penerapan model bisnis swasta itu perlu seiring fase baru
digitalisasi dengan diluncurkannya Perjanjian Kerangka Ekonomi Digital ASEAN.
Penerapan itu juga dapat mempercepat agenda ekonomi berkelanjutan melalui
pengembangan ekosistem kendaraan listrik regional,” ujar Menko Perekonomian
dalam keterangan tertulis (4/9/23).

Sektor swasta, ujar Menko Perekonomian, juga harus secara
aktif memanfaatkan peluang pertumbuhan baru, salah satunya dengan memaksimalkan
hubungan pembangunan ekonomi lokal termasuk dengan usaha mikro kecil menengah
(UMKM). Sebab, kerja sama ASEAN bukan hanya upaya sektor publik, namun juga
upaya inklusif dan kolaboratif dari sektor swasta dalam berbagai agenda, serta
inisiatif ASEAN.

Ditambahkannya, proyek ASEAN juga dipengaruhi dinamika
global, sehingga memerlukan peran aktif dari sektor publik ASEAN maupun sektor
swasta.

“Itulah kenapa kita memerlukan suara sektor swasta yang
lebih besar untuk menyoroti dan mengurangi risiko serta biaya fragmentasi
rantai pasokan global dan regional yang didorong oleh geopolitik. Sektor publik
dan swasta perlu bekerja sama, termasuk dengan mitra dan platform lain, untuk
menegakkan arsitektur perdagangan dan ekonomi multilateral yang terbuka,
inklusif, tidak diskriminatif, dan berbasis aturan,” jelas Menko Perekonomian.

 

Ia menerangkan, sektor swasta ASEAN perlu memanfaatkan
sumber daya, jaringan, teknologi, dan keahlian sektor swasta untuk menemukan
solusi terhadap tantangan sosio-ekonomi dan perubahan iklim di kawasan itu.
Inovasi, difusi, dan adopsi teknologi juga perlu didukung dan dipercepat untuk
meningkatkan ketahanan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat.

Hal itu, dikarenakan perekonomian ASEAN menunjukkan kinerja
positif dalam satu dekade terakhir dengan pertumbuhan rata-rata 4%-5%. Di
dunia, kawasan ASEAN merupakan perekonomian terbesar ke-5, eksportir terbesar
ke-4, dan pada 2022 lalu bahkan menjadi tujuan foreign direct investment (FDI)
terbesar ke-2.

Perekonomian ASEAN mencapai tingkat pertumbuhan sebesar 5,7%
pada 2022 yang didorong oleh tingkat konsumsi domestik, perdagangan, dan
investasi yang tinggi. Industri seperti elektronik, kendaraan listrik, dan
ekonomi digital, mengalami peningkatan investasi pada tahun lalu, dengan total
arus masuk FDI tumbuh sebesar 5,5%.

ASEAN, jelasnya, juga perlu mengoptimalkan kontribusi
inovasi dan teknologi untuk meningkatkan perekonomian kawasan dan mengatasi
tantangan sosio-ekonomi yang sudah maupun akan terjadi. Hal tersebut selaras
dengan tema ABIS tahun ini yaitu ASEAN Centrality: Innovating towards Greater
Inclusivity.

“Saya ingin mengimbau kepada sektor swasta ASEAN dan
komunitas bisnis secara lebih luas, untuk berkontribusi aktif dalam mewujudkan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2025. Terutama untuk ABAC harus bisa membuat
ASEAN lebih kuat dengan menguatkan juga perdagangan dan kolaborasi antar negara
anggota ASEAN,” ujar Menko Perekonomian.

ABIS merupakan rangkaian dari Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) ke-43 Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang berlangsung
dari 5-7 September 2023 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta.