Bid TIK Polda Kepri – Jakarta. ASEAN kini menyatakan
telah bekerja sama dengan Asosiasi Negara-Negara Pesisir Samudra Hindia (IORA).
Hal itu ditandai dengan penandatanganan MoU ASEAN dengan IORA dan PIF bersama
Perdana Menteri (PM) Kepulauan Cook Mark Brown.
Organisasi IORA dibentuk pada 7 Maret 1997 dan beranggotakan
23 negara termasuk Australia, Prancis, Uni Emirat Arab, Malaysia, Thailand,
Singapura, dan Indonesia.
Menlu Retno menyatakan, negara-negara di Samudra Hindia dan
Pasifik adalah bagian tidak terpisahkan dari kawasan Indo-Pasifik. ASEAN dan
negara-negara di Samudra Hindia dan Pasifik harus bekerja sama menjaga
perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran kawasan.
“Apa pun yang terjadi di kawasan ini akan berpengaruh
kepada kita semua. Harus diingat, jika ingin jalan cepat, jalanlah sendiri.
Tapi jika ingin jalan jauh, jalanlah bersama-sama. Saya yakin kita semua ingin
jalan jauh,” ujar Menlu Retno, Selasa (6/9/23).
Seperti halnya ASEAN, IORA pun memiliki sejumlah mitra
dialog seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Italia, Jepang, Korea Selatan,
dan Tiongkok. Saat ini Duta Besar Indonesia untuk Afrika Selatan, Salman Al
Farisi menjabat Sekretaris Jenderal IORA, sementara posisi ketua dipegang
Bangladesh yang diwakili Menlu Abdul Momen. Dubes Salman mewakili IORA
menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) antarsekretariat dengan Sekjen ASEAN, Kao
Kim Hourn.
Terdapat beberapa area prioritas kerja sama, di antaranya
bidang maritim, konektivitas antarkawasan, pembangunan berkelanjutan, ekonomi
biru, ekonomi hijau, ekonomi digital, dan manajemen mitigasi bencana. Kerja
sama serupa juga ditandatangani oleh Sekjen ASEAN Kim Hourn dengan Wakil Sekjen
Pacific Island Forum (PIF) Esala Nayasi, diplomat senior Kementerian Luar
Negeri Fiji.
PIF adalah organisasi kawasan dari 18 negara di utara dan
selatan Samudra Pasifik yang digagas pembentukannya pada 1971 atas inisiatif
Selandia Baru. Tujuan dibentuknya PIF untuk memperkuat kerja sama dan
integrasi, dengan menyatukan sumber daya setempat dan menyatukan kebijakan guna
mencapai pertumbuhan ekonomi, pembangunan berkelanjutan, tata kelola
pemerintahan yang baik, dan keamanan. Indonesia pun adalah satu di antara 21
mitra dialog sejak 2001 lalu. Saat ini posisi ketua dipegang oleh Kepulauan
Cook.
Selain itu, tiga negara mengikat kerja sama dalam bentuk
Traktat Persahabatan dan Kerja Sama (Treaty of Amity and Cooperation/TAC).
Ketiga negara tersebut adalah Serbia diwakili Menlu Ivica Dacic yang merupakan
Wakil Perdana Menteri, kemudian Panama diwakili Menlu Vladimir Franco, serta
Kuwait diwakili Wakil Menlu Sheikh Jarrah Jaber Al-Ahmad Aljabeer Al-Sabah.
Mereka masing-masing menjadi negara ke-52, 53, dan 54 yang
mengaksesi TAC, sebuah traktat yang dicetuskan pada KTT ASEAN 1976.
Ini diharapkan dapat berkontribusi pada kekuatan,
solidaritas, dan hubungan yang lebih erat. Dengan menandatangani aksesi traktat
tersebut, para negara pihak TAC harus berpedoman pada prinsip-prinsip dasar,
antara lain saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, persamaan, keutuhan
wilayah, dan identitas nasional semua bangsa.
Para pihak juga harus menghormati hak setiap negara untuk
mempertahankan pendirian nasionalnya yang terbebas dari campur tangan,
penyerangan, atau paksaan dari pihak luar, serta penyelesaian perbedaan atau
perselisihan dengan cara damai.
“Selama bertahun-tahun, TAC telah memainkan peran penting
sebagai norma dan prinsip kolektif untuk mendorong hubungan baik, kebiasaan
dialog, dan hidup berdampingan secara damai di kawasan,” jelas Menlu Retno.
Seluruh negara Anggota Tetap Dewan Keamanan Perserikatan
Bangsa-Bangsa telah menandatangani TAC, yaitu Tiongkok (2003), Rusia (2004),
Prancis (2007), AS (2009), dan Inggris (2012). Sementara dari anggota G20,
hanya dua negara yang belum aksesi, yaitu Italia dan Meksiko.