Pantai Bali Diselimuti Kabut Tebal, Ini Penyebabnya

pantai bali diselimuti kabut tebal ini penyebabnya 65211 1

Bid TIK Polda Kepri

– Denpasar. Bertempat di Pantai
Daerah Tabanan, fenomena
kabut tebal yang terjadi hingga viral di media sosial. Pakar mengungkap ini
terkait dengan fenomena kabut adveksi. Apa itu?

Kabut tebal itu terpantau di Pantai Melasti, Kuta Selatan,
Badung; di Pantai Segara, Kuta, Badung; dan di pantai di daerah Tabanan, Bali,
Minggu .

Dilansir dari Video penampakan pantai berkabut ini diunggah
salah satunya oleh akun Instagram punapibali yang bersumber dari akun linethrs.

“PANTAI DI TABANAN BERKABUT,” demikian judul
unggahan itu,” Kondisi pantai di kawasan Tabanan, Senin .
Terpantau pantai berkabut.”

Banyak warganet yang beranggapan itu adalah kabut asap, ada
juga yang beranggapan bahwa fenomena penguapan yang terjadi akibat cuaca yang
terlalu panas ke permukaan air laut.

Koordinator Bidang Data dan Informasi Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar, Bali, I Nyoman Gede
Wiryajaya, S.TP., MP., mengatakan fenomena kabut yang terjadi di beberapa
pantai di wilayah Bali masuk dalam jenis kabut adveksi.

Kabut adveksi sendiri terbentuk ketika angin horizontal
mendorong udara hangat dan lembap di atas permukaan yang dingin hingga
mengembun menjadi kabut.

“Berdasarkan analisis dari data pengamatan udara atas
di stasiun meteorologi I Gusti Ngurah Rai, kondisi ini dapat terjadi karena
terbentuknya lapisan inversi dekat permukaan,” ungkap Koordinator BNPB,
saat dikonfirmasi Senin .

Koordinator BNPB itu menerangkan bahwa, lapisan inversi
merupakan lapisan batas antara dua massa udara yang memiliki perbedaan suhu,
yang mekanismenya yaitu massa udara yang hangat dari darat bersinggungan dengan
massa udara yang lebih dingin dari laut. Walhasil, terjadilah kondensasi atau
pengembunan dari uap air tersebut dan membentuk kabut.

Ia
juga menyebutkan masyarakat tidak perlu terlalu khawatir dengan fenomena kabut
ini, karena ini merupakan fenomena yang wajar terjadi di iklim seperti daerah
Bali.

“Hal ini juga didukung oleh kondisi angin permukaan
yang lemah di sekitar lokasi sehingga kabut dapat bertahan dan teramati dengan
jelas,” jelasnya.

“Namun, perlu dipastikan juga bahwa di sekitar lokasi
terjadinya kabut tidak terdapat area kebakaran sebab kabut juga dapat berupa
kabut asap,” ungkapnya.

“Biasanya kabut asap memiliki aroma khas terbakar dan
menyesakkan. Berbeda dengan kabut yang berasal dari pengembunan uap air yang
rasanya cenderung dingin dan lebih segar,” jelasnya.

Berdasarkan Citra Sebaran Asap per hari ini, BMKG mengungkap
tak ada sebaran asap di Indonesia, baik itu di wilayah tradisional karhutla
seperti Kalimantan dan Sumatra, maupun Bali.